Saat ini, masih sering kita temukan berbagai mitos yang salah mengenai penyakit paru paru basah atau dalam istilah medis disebut dengan pneumonia dalam masyarakat.
Bisakah kamu memberikan beberapa contoh larangan yang bisa menyebabkan paru paru basah? Yak! Mungkin kita sering dilarang untuk keluar di malam hari, atau mandi malam, dan sebagainya ya?
Apakah benar demikian? Sebenarnya apa itu paru paru basah? Apa saja penyebab dari penyakit ini? Bagaimana gejala yang muncul saat terinfeksi pneumonia? Dan apakah penyakit ini bisa dicegah?
Nah dalam artikel ini, kita akan sama-sama membedah fakta dari penyakit paru paru basah agar tidak ada lagi kesalahpahaman atau hoaks yang timbul di sekitar kita. Yuk simak!
Apa Itu Paru Paru Basah?
Seperti namanya, paru paru basah merupakan kondisi ketika salah satu bagian dalam paru paru kita, yaitu alveolus atau kantong udara, terkena radang sehingga berisi cairan atau lendir.
Padahal, alveolus kita punya tugas yang sangat vital, yaitu untuk menukar karbon dioksida yang kita hidup dari udara menjadi oksigen yang akan diedarkan ke seluruh tubuh.
Jika kantong udara tersebut terisi oleh cairan, maka kita akan mengalami sesak napas yang bisa mengganggu aktivitas sehari-hari. Peradangan tersebut bisa terjadi dalam alveolus di paru paru kanan, kiri, maupun keduanya.
Pada 2019, pneumonia telah menelan korban sebanyak 2,5 juta orang di seluruh dunia, dan sepertiganya adalah anak-anak berusia kurang dari 5 tahun. Di tahun yang sama, WHO menyebutkan bahwa pneumonia menjadi penyakit penyebab utama kematian pada anak-anak di seluruh dunia.
Jumlah kematian tertinggi ditemukan di Afrika Sub-Sahara dan di Asia Tenggara. Perbandingan jumlah kematian di negara maju dengan negara miskin juga sangat jauh. Di Eropa, ditemukan 10 kasus orang meninggal akibat pneumonia dari 100.000 orang yang mengidapnya. Sementara itu, kasus kematian di negara miskin mencapai 100 orang di antara 100.000 kasus yang tercatat.
Tak luput, penyakit ini juga menjadi penyebab utama dari kematian anak-anak di Indonesia. Data dari hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) menyatakan bahwa pada tahun 2013, ditemukan 4-5 orang di antara 100 balita mengidap pneumonia. Dikutip dari kompas, Indonesia bahkan menempati peringkat 7 di dunia dengan kasus kematian balita tertinggi akibat pneumonia.
Tingginya angka kematian pada anak-anak akibat pneumonia di tahun 2019 ternyata sudah turun drastis daripada tiga dekade sebelumnya. Di tahun 1990 an, jumlah anak-anak yang meninggal karena pneumonia mencapai 2 juta orang! Sangat mengerikan bukan?
Tentunya penurunan angka kematian tersebut diiringi dengan perbaikan kualitas hidup seperti peningkatan nutrisi anak, penurunan tingkat kemiskinan, sanitasi yang semakin membaik, serta kemajuan teknologi yang memungkinkan kita untuk mendapatkan vaksin dan antibiotik untuk mencegah pneumonia.
Meski demikian, menurut penuturan dari Ibu Wury Maruf Amin pada peringatan hari pneumonia sedunia pada tahun 2020 silam menyatakan bahwa kematian pada anak-anak dan balita yang disebabkan oleh pneumonia bisa dicegah dan diobati dengan penanganan yang tepat.
Faktor Penyebab Paru Paru Basah
Desas-desus yang santer terdengar dalam masyarakat menyebutkan bahwa paru paru basah atau pneumonia disebabkan oleh berbagai aktivitas seperti mandi, berkendara, atau tidur di lantai yang sering dilakukan pada malam hari. Faktanya, penyakit ini sebenarnya terjadi karena infeksi oleh bakteri, jamur, atau virus loh!
Kita harus tahu persis pemicu paru paru basah agar bisa melakukan penanganan yang tepat. Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri tentu akan diberi tindakan perawatan yang berbeda jika dipicu oleh jamur atau virus. Lebih lengkapnya, yuk kita simak bersama!
Pneumonia Disebabkan Oleh Bakteri
Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri bisa menginfeksi salah satu paru-paru ataupun keduanya. Umumnya, bakteri yang menyebabkan paru paru basah yaitu Streptococcus pneumoniae. Bakteri ini hidup di saluran pernapasan bagian atas dan menginfeksi lebih dari 900.000 orang Amerika setiap tahun.
Infeksi bakteri pneumonia bisa sedang maupun parah. Tingkat keparahan infeksi bisa dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti kekuatan bakteri, seberapa cepat gejala paru paru basah terdiagnosis dan mendapatkan penanganan, usia, serta kondisi tubuh secara keseluruhan, termasuk infeksi penyakit lain yang terjadi bersamaan dengan pneumonia.
Pneumonia yang terjadi akibat infeksi bakteri bisa terjadi dengan sendirinya, maupun sebagai efek domino setelah terserang penyakit lain seperti demam atau flu. Orang yang memiliki imun rendah, memiliki penyakit pernapasan, serta orang yang baru pulih dari proses operasi lebih rentan terserang pneumonia.
Yuk simak, Cara Meningkatkan Daya Tahan Tubuh, Mudah!
Bakteri lain yang paling sering menyebabkan paru paru basah yaitu Haemophilus influenzae, Staphylococcus aureus, Moraxella catarrhalis, Streptococcus pyogenes, Neisseria meningitidis, serta Klebsiella pneumoniae.
Pneumonia Disebabkan Oleh Jamur
Pneumonia yang disebabkan oleh jamur dalam istilah medis disebut dengan Pneumocystis pneumonia (PCP). Kondisi ini muncul karena adanya infeksi jamur Pneumocystis jirovecii yang bisa menimbulkan dampak serius.
Gejala yang muncul setelah terinfeksi jamur ini yaitu demam, batuk, sesak napas, dada terasa sakit, serta muncul rasa lelah yang berlebihan. Infeksi jamur yang bisa menimbulkan pneumonia sangat jarang terjadi pada orang normal dengan imunitas tubuh yang baik.
Pneumonia Disebabkan Oleh Virus
Penyakit ini bisa juga ditimbulkan oleh virus. Biasanya, pneumonia yang disebabkan oleh virus kerap terjadi pada anak-anak dan lansia, ibu hamil, serta orang dengan kekebalan imun rendah.
Virus yang menyebabkan penyakit flu, pilek, serta batuk umumnya bisa juga menjadi penyebab pneumonia, seperti respiratory syncytial virus (RSV), adenovirus, influenza, hantavirus, serta virus corona.
Ada beberapa faktor risiko lain yang menyebabkan kemungkinan terjadinya paru paru basah semakin meningkat, seperti bayi berusia kurang dari dua tahun, lansia berusia lebih dari 65 tahun, perokok, pecandu alkohol dan narkoba, pengidap penyakit paru dan saluran pernapasan, orang yang mendapat perawatan di rumah sakit, serta orang yang memiliki imun rendah.
Gejala Paru Paru Basah
Biasanya, pengidap pneumonia menunjukkan beberapa gejala umum seperti batuk kering atau batuk disertai dahak berwarna kuning, hijau, hingga kemerahan, nyeri dada, sesak napas, muncul gejala demam, rasa lelah berlebihan, mual, serta jantung berdebar.
Kemudian, jika paru-paru basah terjadi pada bayi dan anak-anak, kemungkinan tidak ada gejala tersebut dan lebih susah untuk didiagnosis. Biasanya mereka akan rewel dan sulit makan atau minum. Anak-anak berusia kurang dari 5 tahun akan menunjukkan gejala napas cepat berbunyi (mengi), sementara pada orang dewasa gejala akan muncul disertai linglung hingga koma.
Penanganan Paru Paru Basah
Paru paru basah bisa ditangani dengan berbagai cara, sesuai dengan tipe, tingkat keparahan, usia, serta penyakit lain yang menyertai. Tujuan dari penanganan ini yaitu untuk mengobati infeksi serta mencegah terjadinya komplikasi yang lebih parah. Maka dari itu, kita harus mengikuti alur penanganan hingga pulih total.
Apabila dokter memberi resep obat untuk menangani permasalahan tersebut, maka turuti resepnya. Jika pneumonia disebabkan oleh bakteri, maka kita harus menggunakan antibiotik sesuai resep dokter. Mungkin dalam beberapa hari setelah mengonsumsinya, tubuh akan merasa lebih baik. Meski demikian, kamu harus tetap teruskan konsumsi antibiotik sampai habis ya!
Berhenti mengonsumsi antibiotik sebelum habis justru akan meningkatkan risiko terkena paru paru basah di masa mendatang, bahkan disertai dengan kuman yang lebih kebal terhadap perlawanan dalam tubuh kita.
Lain halnya jika pneumonia disebabkan oleh virus. Pemberian antibiotik malah tidak memberikan efek kesembuhan bagi tubuh. Biasanya, dokter akan memberikan resep antivirus untuk menanganinya. Dalam kasus lain, paru paru basah juga bisa disembuhkan melalui istirahat yang cukup serta menangani gejalanya.
Gejala pneumonia seperti demam, flu, dan batuk bisa ditangani dengan berbagai cara, seperti:
- Menggunakan aspirin, obat golongan NSAID (nonsteroidal anti-inflammatory drugs) seperti ibuprofen untuk membantu mengatasi demam. Perlu diingat, aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak.
- Minum banyak air untuk menjaga tubuh agar tetap terhidrasi dengan baik, serta membantu mengeluarkan dahak.
- Jangan mengonsumsi obat batuk tanpa anjuran dari dokter. Batuk merupakan respons dari tubuh untuk mengeluarkan zat asing dari dalam tubuh seperti virus dan bakteri sehingga tubuh tidak mudah terkena penyakit.
- Minum minuman hangat, mandi dengan air hangat, serta gunakan humidifier untuk membantu memudahkan pernapasan.
- BERHENTI MEROKOK! Perokok pasif juga memiliki risiko terserang penyakit saluran pernapasan yang tak kalah ngeri dengan perokok aktif. Jadi yuk berhenti merokok dan hindari diri dari paparan asap rokok dari sekarang!
- Usahakan untuk selalu beristirahat dengan cukup, apalagi ketika sakit. Berbaringlah dan siapkan makanan bergizi seimbang untuk mempercepat penyembuhan. Jangan dulu melakukan aktivitas berat sampai tubuh benar-benar sembuh.
- Minum Vitasma sebanyak 2 sendok teh setiap hari untuk membantu mengatasi gejala paru paru basah, seperti batuk, flu, dan sesak napas. Vitasma terbuat dari 100% herbal alami berkualitas dan tidak menimbulkan efek samping, sehingga aman dikonsumsi siapapun mulai dari anak usia 2 tahun hingga orang dewasa.
Nah, itu dia informasi mengenai paru paru basah. Sekarang, kita jadi tahu ya, kalau penyakit ini sebenarnya tidak ditimbulkan oleh kebiasaan berkendara di malam hari, atau mandi tengah malam.
Memang tidak menutup kemungkinan kebiasaan itu bisa memicu pneumonia, jika kondisi tubuh sedang tidak fit. Namun penyebab utamanya adalah infeksi bakteri, jamur, atau virus.
So, jangan lengah untuk terus menjaga kesehatan tubuhmu ya!
Tinggalkan komentar