Peran paru-paru yang kompleks sebagai alat untuk menampung oksigen dan memberikannya ke seluruh organ tubuh setiap detiknya membuat bagian tubuh paling penting ini kerap kali mendapat masalah.
Salah satunya adalah terinfeksi virus parainfluenza. Parainfluenza adalah infeksi pada bagian saluran napas yang disebabkan oleh komplikasi berbagai jenis virus.
Simak informasi selengkapnya seputar para influenza yang wajib kamu tahu mulai dari gejala, pengobatan, hingga pencegahannya di sini!
Memahami Penyebab Parainfluenza
Healthline Amerika Serikat telah merilis informasi tahun 2022 seputar parainfluenza secara exclusive. Menurut Healthline, parainfluenza merupakan penyakit yang disebabkan akibat infeksi sekumpulan virus HPIVs atau parainfluenza viruses.
Virus yang berkompromi membentuk sebuah penyakit ini juga terus berkembang menghasilkan gejala penyakit yang berbeda. Meskipun terdiri dari berbagai jenis virus, penyakit ini menginfeksi penderitanya pada satu tempat yaitu saluran napas atas dan bawah.
Baca Juga: 3+ HAL TENTANG FLU HONGKONG: PENYEBAB, GEJALA, PENGOBATAN, DAN PENCEGAHAN
Itulah mengapa penyakit parainfluenza ini disebut sebagai penyakit gangguan napas. Umumnya, para dokter menginformasikan jika parainfluenza ini tidak terlalu berbahaya karena memiliki kemiripan dengan influenza tipe biasa.
Tapi, yang harus diperhatikan adalah jika parainfluenza ini menginfeksi kamu yang memiliki daya tahan tubuh lemah seperti penderita HIV/AIDS.
Ini beberapa virus yang mengakibatkan penyakit parainfluenza:
- HPIV tipe 1, virus ini merupakan penyebab batuk croup dan penyebab batuk rejan yang menginfeksi anak-anak.
- HPIV tipe 2, merupakan virus yang menyebabkan batuk croup namun peluang untuk menginfeksinya tidak sebesar HPV tipe 1
- HPIV tipe 3, virus ini adalah penyebab penyakit pneumonia serta bronchiolitis.
- HPIV tipe 4
HPIV tipe 1 hingga tipe ke 4 bertahan pada permukaan tubuh seseorang hingga barang-barang di dalam ruangan hingga 10 jam. Oleh karena itu, tidak heran jika penyakit masuk ke dalam tubuh melalui hidung dan mulut terlebih dahulu.
Ketahui Gejala Parainfluenza
Melansir dari laman resmi Cleveland Clinic, gejala parainfluenza yang bisa menginfeksi berbagai jebis kalangan dan usia biasanya mulai terlihat setelah 3 hingga 7 hari virus menginfeksi. Berikut gejala parainfluenza yang merupakan hasil dari berbagai jenis virus:
- Susah bernapas
- Nyeri dada saat bernapas
- Napas berbunyi atau mengi
- Nyeri pada tenggorokan
- Nyeri pada dada
- Pilek
- Batuk
- Demam dan suhu tubuh terus meningkat
- Hidung sering tersumbat
- Ingusan atau cairan hidung terus keluar
Gejala penyakit ini umumnya tidak terlalu berbahaya dan kompleks. Meski begitu, kondisi kesehatan yang awalnya sudah buruk akibat sudah ada penyakit bawaan bisa menjadi risiko kematian yang dipicu oleh penyakit jenis ini.
Dengan begitu, jikalau gejala penyakit ini muncul terutama pada bayi dan lansia segera berikan penanganan lebih cepat.
Jadi, kapan harus ke dokter? Apakah harus menunggu gejala lainnya?
Melansir dari laman resmi Healthline, kamu bisa mulai ke dokter dan melakukan pengobatan ketika kamu sudah mulai merasakan kesulitan bernapas. Sedangkan pada anak-anak, segera bawa anak ke dokter apabila demam tidak turun-turun.
Kenapa harus ke dokter? Apakah tidak ada pengobatan alternatif sederhana di rumah? Jawabannya adalah kamu wajib pergi ke dokter, sekalipun kamu sduah memberikan penangan pertama seperti kompres menggunakan air dingin.
Kenapa pergi ke dokter itu penting saat terinfeksi virus parainfluenza? Karena hanya dokter yang mengetahui dosis dan obat yang tepat agar menghindari adanya komplikasi atau efek samping dari obat seperti sindrom Reye dan juga bronchiolitis.
Cara Mengobati Dan Mendiagnosa Parainfluenza
Karena gejalanya yang mirip dengan flu biasa, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik secara keseluruhan serta melakukan tes swab tenggorokan dan hidung agar hasilnya lebih akurat.
Selain itu, pemeriksaan menggunakan antigen juga masih digunakan karena untuk mendiagnosis jenis virusnya.
Tidak cukup sampai di situ saja, pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter juga dilakukan dengan memiliki metode diagnosis lainnya seperti:
- Rontgen dada yang dilakukan untuk identifikasi masalah kesehatan secara keseluruhan
- CT scan atau computed tomography scan.
Setelah melakukan berbagai cara untuk mendiagnosis dan dapatkan hasil yang akurat, dokter akan memberikan obat-obat yang diresepkan secara khusus agar efektif dalam meredakan gejalanya. Obat-obatan yang diberikan biasanya berupa:
- Acetaminophen untuk mengurangi nyeri dan demam
- Obat anti inflamasi Nonsteroid untuk mengurangi pembengkakan, nyeri, dan juga demam
- Antivirus untuk mengatasi, menghambat perkembangan virus di dalam tubuh
Bagaimana Cara Mencegah Parainfluenza?
Tidak seperti influenza A berbagai sub tipe yang harus melakukan vaksin sebagai salah satu tindakan pencegahan. Parainfluenza ini bisa dicegah dengan cara-cara sederhana yang bisa dilakukan di mana saja seperti:
- Membersihkan benda-benda yang digunakan bersama-sama menggunakan sabun
- Menutup mulut saat batuk dan bersin menggunakan tangan atau tissue
- Gunakan masker saat di luar ruangan dan di tempat umum yang ramai
- Jangan terlalu sering menyentuh wajah, hidung, dan mulut
- Rutin mencuci tangan menggunakan air mengalir dan juga sabun
- Konsumsi makanan bergizi untuk tingkatkan daya tahan tubuh
- Olahraga secara teratur
- Jangan terlalu dekat dengan penderita flu atau batuk
Itulah tadi informasi seputar parainfluenza yang bisa kamu pelajari dan kamu aplikasikan cara pencegahannya. Nah, kamu bisa atasi batuk dan radang tenggorokan saat gejala Parainfluenza mulai terasa dengan Vitasma.
Sini Minva kenalin sama Vitasma.
Vitasma adalah obat herbal yang terjual lebih dari satu juta botol karena terbukti dan aman meredakan gangguan pernapasan. Yuk! Jangan sampai ketinggalan! Segera miliki Vitasma di rumahmu ya Bestie!
Tinggalkan komentar