Waspada Difteri; Pahami 5+ Gejala dan Cara Penyebaran!

Ina Siti Aisah

Kesehatan


Bestie, ada banyak sekali penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri, salah satunya difteri. Difteri merupakan salah satu jenis infeksi akibat bakteri Corynebacterium diphtheriae.

Bakteri ini biasanya menginfeksi selaput lendir pada hidung, tenggorokan, bahkan mempengaruhi kulit.

Penyakit ini bisa menyerang berbagai kelompok usia, dan berisiko menimbulkan infeksi serius yang mengancam jiwa.

Difteri ini bisa diobati dengan antibiotik dan antitoksin untuk membunuh bakteri penyebab. Meski demikian, melakukan pencegahan difteri lebih baik daripada mengobati.

Dalam artikel ini, Minva akan memberikan berbagai informasi tentang difteri yang meliputi gejala, penyebab, hingga langkah pencegahan.

Yuk, kita pahami bersama!

Penyebab dan Penyebaran Difteri

difteri

Dilansir dari Kementerian Kesehatan RI, difteri disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphteriae.

Penyakit ini mudah menyebar dari orang ke orang melalui percikan air liur saat batuk atau bersin, menyentuh benda yang telah terkontaminasi bakteri, bahkan menyentuh luka yang terinfeksi bakteri Corynebacterium diphteriae.

Tak hanya itu, seseorang yang terinfeksi tidak menunjukkan tanda atau gejala, dia masih bisa menularkan bakteri hingga enam minggu setelah infeksi awal.

Nah, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, ini paling sering menginfeksi bagian hidung dan tenggorokan. Setelah menginfeksi, bakteri akan melepaskan zat berbahaya yang kemudian menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan lapisan abu-abu tebal.

Lapisan tersebut umumnya terbentuk di area hidung, tenggorokan, lidah, dan saluran udara. Namun pada beberapa kasus, zat tersebut bisa merusak organ lain, yaitu jantung, otak, dan ginjal, serta menimbulkan komplikasi buruk yang bisa mengancam jiwa.

Risiko Penyakit Difteri

difteri

Difteri merupakan infeksi yang mudah menular dan bisa dialami oleh siapa saja, namun risiko terserang infeksi ini akan lebih tinggi pada orang yang tidak mendapatkan vaksin difteri secara lengkap.

Selain itu, infeksi ini juga lebih berisiko pada seseorang yang:

  • Tinggal di area padat penduduk dengan kebersihan yang buruk.
  • Bepergian ke wilayah yang sedang terjadi wabah infeksi.
  • Memiliki daya tahan tubuh lemah, seperti anak-anak, lansia, atau penderita penyakit seperti AIDS.
  • Gaya hidup yang tidak sehat.

Gejala Difteri

difteri

Gejala infeksi umumnya muncul 2-5 hari setelah seseorang terinfeksi bakteri Corynebacterium diphteriae. Setelah itu, bakteri akan menyebar ke aliran darah dan menimbulkan gejala, meliputi:

  • Demam dan menggigil
  • Terbentuknya lapisan tipis berwarna abu-abu yang menutupi amandel dan tenggorokan.
  • Nyeri tenggorokan dan suara serak.
  • Pembengkakan kelenjar getah bening pada leher.
  • Sulit bernapas atau napas cepat.
  • Lemas dan lelah.
  • Pilek berwarna cair, namun bisa sampai bercampur darah.
  • Batuk keras.
  • Gangguan penglihatan.

Meski demikian, tidak semua orang yang terinfeksi bakteri akan mengalami gejala seperti di atas. Jadi, harus tetap waspada apabila kalian berinteraksi dengan penderita atau tinggal di wilayah yang berisiko tinggi pada infeksi difteri.

Infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae bisa berdampak buruk apabila dibiarkan tanpa penanganan yang tepat. Segera periksa ke dokter jika kamu mengalami gejala di atas, terutama jika muncul gejala yang lebih berat, seperti gangguan penglihatan, keringat dingin, sesak napas, jantung berdebar, dan kulit pucat atau membiru.

Baca Juga: 10+ MANFAAT KESEHATAN BAGI KARYAWAN UNTUK TINGKATKAN KINERJA DAN PRODUKTIVITAS

Diagnosis Difteri

Dokter akan mendiagnosa dengan melakukan wawancara medis dan pemeriksaan fisik untuk melihat adanya lapisan abu-abu di tonsil atau di tenggorokan, serta pembesaran kelenjar getah bening pada leher.

Jika terdapat lapisan abu-abu di tenggorokan atau amandel dokter akan melakukan pemeriksaan usap atau swab tenggorok dengan mengambil sampel lendir dari tenggorokan, kemudian diteliti di laboratorium untuk memastikannya.

Pengobatan Difteri

difteri

Difteri merupakan salah satu penyakit yang bisa mengancam jiwa sehingga perlu diobati dengan sesegera mungkin dan secara agresif.

Untuk melakukan pengobatan, dokter perlu memastikan laju napas pasien tidak terhalang atau terhambat, karena dalam beberapa kasus, dokter perlu memasang tabung pernapasan di tenggorokan untuk menjaga laju napas tetap terbuka hingga peradangan pada jalan napas berkurang.

Setelah itu, dokter akan berfokus untuk mematikan bakteri penyebab difteri dengan memberikan perawatan, meliputi:

Antibiotik

Pemberian antibiotik bisa membantu membunuh bakteri dan mengatasi infeksi. Selain itu, antibiotik juga bisa mencegah penularan infeksi dari pengidap ke orang lain.

Antibiotik ini harus dikonsumsi hingga habis sesuai resep dokter untuk memastikan tubuh telah bebas dari infeksi.

Dua hari setelah pemberian antibiotik, biasanya pasien sudah tidak bisa menularkan penyakit ini.

Antitoksin

Antitoksin merupakan obat untuk menetralkan racun yang disebarkan oleh bakteri ke dalam tubuh. Obat ini diberikan melalui suntikan ke pembuluh darah atau otot.

Namun, sebelum pemberian obat ini, dokter perlu melakukan tes alergi kulit untuk memastikan pasien tidak memiliki alergi terhadap obat tersebut.

Jika pasien dinyatakan memiliki alergi, dokter akan mencari pengobatan alternatif lain.

Komplikasi Difteri

Bakteri penyebab difteri menghasilkan racun yang bisa merusak jaringan di hidung dan tenggorokan, hingga menyumbat saluran pernapasan.

Racun tersebut juga bisa menyebar melalui aliran darah dan menyerang organ lainnya.

Komplikasi akibat infeksi ini meliputi:

  • Radang otot jantung
  • Pneumonia
  • Gagal ginjal
  • Kerusakan saraf
  • Kelumpuhan

Dengan melakukan pengobatan yang tepat pasien bisa berpeluang selamat dari komplikasi, meski pemulihannya membutuhkan waktu yang cukup lama.

Pasalnya, sekitar 5-10 persen kasus difteri berakibat fatal dan tingkat kematiannya lebih tinggi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun atau lansia.

Pencegahan

Penyakit ini bisa dicegah dengan melakukan beberapa upaya, seperti:

  • Imunisasi DPT
  • Konsultasi dengan dokter
  • Antibiotik
  • Melakukan gaya hidup bersih dan sehat

Satu-satunya pencegahan yang paling efektif adalah mendapatkan vaksinasi difteri. Di Indonesia, vaksin ini merupakan salah satu vaksinasi yang wajib diberikan untuk balita.

Vaksinasi ini umumnya dikombinasikan dengan vaksin tetanus dan batuk rejan (pertusis). Vaksin ini lebih dikenal sebagai imunisasi DPT (Difteri, Tetanus, Pertusis).

Imunisasi DPT diberikan sebanyak lima kali saat anak berusia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 18 bulan, dan usia 4–6 tahun.

Selanjutnya, anak-anak perlu mendapatkan booster yang diberikan lewat imunisasi Td atau Tdap untuk anak usia di atas 7 tahun dan harus diulang setiap 10 tahun sekali, termasuk untuk orang dewasa.

Selain vaksin, kebersihan lingkungan juga perlu diperhatikan, terutama pada pemukiman padat penduduk dan sanitasi yang kurang bersih.

Itulah beberapa informasi mengenai difteri. Penyakit ini bisa menimbulkan gejala gangguan pernapasan, jadi Minva rekomendasiin kamu untuk rutin mengonsumsi Vitasma agar kesehatan saluran pernapasan kita tetap terjaga.

Vitasma merupakan obat herbal yang terbuat dari madu hutan dan formulasi tanaman herbal seperti rimpang jahe, daun cakar ayam, kayu manis, jinten hitam, daun mint, dan daun saga yang memiliki manfaat untuk meredakan batuk dan melegakan tenggorokan.

Dilengkapi dengan flavonoid dan antioksidan aktif, Vitasma 4 kali lebih efektif meringankan radang paru-paru atau ISPA, seperti asma, batuk kronis, dan batuk menahun.

Vitasma juga dilengkapi oleh probiotik yang mampu menjaga dan meningkatkan daya tahan tubuh di musim hujan. Jangan khawatir, Vitasma juga aman dikonsumsi oleh ibu hamil atau ibu menyusui tanpa menimbulkan efek samping.

obat batuk vitasma

Vitasma, Solusi Sesak Saat Mendesak

Dia yang memiliki kesehatan memiliki harapan; dan dia yang memiliki harapan, memiliki Segalanya.

Saya ingin Membeli Produk Vitasma Terbaik Sekarang!

Tinggalkan komentar

vitasma obat batuk alami

Madu Vitasma adalah madu herbal yang terbuat dari bahan-bahan alami dengan khasiat untuk mengatasi masalah iritasi, infeksi, dan peradangan pada saluran pernapasan seperti batuk, sesak napas, sinusitis, dan gangguan pernapasan lainnya.

2024 © Madu Vitasma