Altitude Sickness-Gejala, Penyebab, Penanganan

Rindi agustiana

Kesehatan


Mendaki gunung adalah salah satu kegiatan yang menjadi dambaan kuala muda. Penuh dengan tantangan, petualangan, hingga pemandangan yang indah kerap kali menjadi daya tarik untuk mendaki gunung.

Tak heran apabila mahasiswa baru lebih tertarik mendaki gunung dengan teman seangkatannya dibandingkan mengikuti kegiatan ospek. Tapi, tahukah kamu? Mendaki gunung tidak boleh sembarangan orang lho…

Dikhawatirkan kamu terkena penyakit yang muncul di ketinggian seperti Altitude Sickness. Penasaran apa itu Altitude Sickness? Yuk, simak ulasan berikut sampai tuntas!

Apa Itu Altitude Sickness?

Buat yang belum tahu, sini merapat… 

Sebelum membahas lebih detail apa itu Altitude Sickness, sebaiknya kita kupas dulu apa alasan penyakit ketinggian Altitude Sickness memiliki kaitan dengan puncak gunung. 

Alasan yang mendukung paling utama adalah di puncak gunung, jumlah partikel udara justru semakin kecil, berbeda dengan jumlah partikel udara di dataran rendah.

Dan, hal ini dilatar belakangi oleh gaya gravitasi yang semakin kecil. Jadi, kamu tidak perlu heran lagi mengapa di puncak gunung justru kadar oksigen lebih sedikit. 

Fenomena kadar oksigen yang sedikit inilah yang menjadi faktor risiko terkenanya Altitude Sickness bagi pendaki terutama untuk fisik yang tidak mumpuni dan beberapa riwayat penyakit seperti asma. 

Yuk, kita langsung bahas Altitude Sickness. 

Pada kondisi ini, tubuh cenderung tidak memiliki banyak waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan baru yaitu lingkungan dengan tekanan udara dan kadar oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan kantung udara. 

Altitude Sickness biasanya bisa kamu kenali melalui gangguan sulit tidur, sesak napas dan sakit kepala.

Baca Juga: FAKTA PENTING ACUTE RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME (ARDS) 

Oleh karena itu, pendaki direkomendasikan untuk mendaki tidak terlalu cepat sampai ke bagian puncak untuk menghindari Altitude Sickness dan direkomendasikan mendaki ditemani dengan ahlinya atau pelajari terlebih dahulu bagaimana meminimalisir risiko saat pendakian. 

Altitude Sickness umumnya memiliki beberapa jenis tergantung dengan tingkat kronis, berikut di antaranya: 

  • High Altitude Pulmonary Edema atau HAPE, merupakan jenis penyakit puncak ketinggian kronis yang ditandai dengan adanya tumpukan cairan pada kantung paru-paru sehingga sebabkan gangguan fungsi organ tubuh. 
  • High Altitude Cerebral atau HACE, yaitu jenis penyakit ketinggian yang ditandai dengan adanya penumpukan cairan pada otak sehingga terjadi pembengkakan dan gagal fungsi. 
  • Acute Mountain Sickness atau AMS, adalah jenis penyakit ketinggian yang paling ringan dan sering terjadi. 

Memahami Altitude Sickness memang tidak sulit apalagi bagi orang yang terbiasa meminimalisir risiko berat saat melakukan hobinya. Yuk, simak informasi selanjutnya untuk tahu lebih banyak tentang Altitude Sickness.

Penyebab Altitude Sickness

Masih ingat soal ketinggian 1.500 mdpl mengakibatkan tubuh tidak bisa beradaptasi karena pendaki terlalu cepat naik? Nah, salah satu penyebab lainnya adalah ketika seseorang berada pada ketinggian 3.000 mdpl.

Pada ketinggian 3.000 mdpl tentu saja tekanan udara semakin menipis, kadar oksigen berkurang, dan hal ini menjadi masalah bagi penderita asma atau penyakit gangguan pernapasan lainya. 

Berikut beberapa penyebab atau faktor risiko yang bisa kamu pelajari mengapa Altitude Sickness bisa muncul saat di ketinggian: 

  • Tinggal di dataran rendah
  • Memiliki riwayat Altitude Sickness
  • Melakukan pendakian yang terlalu cepat, misalnya 300 meter dalam satu hari
  • Track pendakian sulit
  • Energi sudah habis sebelum mendaki
  • Gangguan pada jantung atau paru-paru
  • Memiliki gangguan pada sistem saraf
  • Kekurangan cadangan energi
  • Ibu hamil

Gejala Altitude Sickness

Gejala-gejala Altitude Sickness biasanya akan muncul pada ketinggian 1.500 mdpl apabila terjadi pada kasus pendakian terlalu cepat dan terjadi  pada ketinggian 3.000 mdpl pada kasus di atas puncak. Meski begitu, ada beberapa gejala Altitude Sickness sesuai dengan jenis-jenis penyakit ketinggian ini. 

Berikut di antaranya: 

Gejala umum Acute Mountain Sickness

Menurut Primary Hospital, pada tingkat awal Altitude Sickness, gejala yang muncul biasanya berupa: 

  • Sakit kepala
  • Kelelahan
  • Mual 
  • Muntah
  • Pusing
  • Ritme napas pendek
  • Tubuh terjadi mal fungsi
  • Gangguan tidur
  • Kulit pucat
  • Penglihatan ganda

Gejala umum High Altitude Cerebral Edema

Masih melansir dari laman resmi Prima Hospital, gejala dari HACE yang kerap kali terjadi pada pendaki adalah, 

  • Kebingungan
  • Terjadi masalah pada koordinasi tubuh
  • Kehabisan energi
  • Merasa kehilangan kendali
  • Terjadi penurunan tingkat kesadaran
  • Kejang
  • Halusinasi
  • Bengkak wajah
  • Bengkak kaki
  • Bengkak tangan

Gejala umum High Altitude Pulmonary Edema

Seperti yang kita ketahui, gejala-gejala Altitude Sickness umumnya kan mengikuti dengan tingkat kronis dan penyebabnya. Oleh karena itu, penyebab HAPE yang biasanya terjadi melansir dari berbagai sumber adalah: 

  • Sesak napas saat tubuh istirahat
  • Demam
  • Batuk tidak berdahak
  • Lemas dan lesu
  • Kulit kaku dan berwarna biru
  • Jantung berdebar
  • Mudah marah
  • Nyeri dada

Banyaknya gejala di atas cukup membingungkan terkait tindakan kapan harus ke dokter. Tapi tenang… 

Kapan harus ke dokter? Kamu perlu ke dokter atau minimal menghubungi orang terdekat apabila kamu mengalami gejala di atas dan kamu mengalami gejala komplikasi seperti: 

  • Linglung atau halusinasi
  • Sakit kepala kronis
  • Sesak napas
  • Rasa kantuk berlebihan
  • Perubahan perilaku
  • Kesulitan berjalan
  • Batuk berdarah
  • Penurunan kesadaran

Ingat ya! Segerakan konsultasi dengan dokter dan hubungi orang terdekat kamu untuk berikan pertolongan pertama. Berikut pertolongan pertama Altitude Sickness yang bisa kamu lakukan apabila ada rekan atau teman sebaya kamu yang mengalami Altitude Sickness: 

  • Apabila kamu seorang leader pendakian, pastikan peserta tidak merasakan semua gejala-gejalanya. Dan, apabila ada satu di antara gejala lainnya terjadi pada peserta pandaikan. Maka, hentikan pendakian ke tempat yang lebih tinggi.
  • Optimalkan membawanya ke tempat yang lebih rendah baik dengan bantuan rekan pendaki maupun tim evakuasi
  • Longgarkan pakaian penderita Altitude Sickness untuk memberikan tubuh akses pernapasan lebih longgar
  • Beri air putih untuk cegah dehidrasi
  • Jangan berikan obat tidur
  • Jangan berikan alkohol kepada peserta pendakian lainnya maupun penderita 
  • Pastikan tubuh penderita tetap hangat

Itulah tadi beberapa cara pertolongan pertama yang bisa kamu lakukan untuk membantu penderita Altitude Sickness sebelum tim evakuasi datang atau sebelum kamu membawanya ke dokter karena akses komunikasi dan transportasi terbatas.

Selain itu, perlu kamu ingat jika melakukan pendakian tidak dibutuhkan kemampuan secara fisik tapi juga kemampuan secara pengetahuan untuk minimalisir risiko terjadinya kecelakaan saat mendaki. Karena, penderita riwayat penyakit ketinggian jenis ini bisa saja mengalami komplikasi yang sebabkan kematian.

Di antara jenis komplikasi penyakit yang dapat dipicu karena penyakit ketinggian ini adalah: 

  • Edema paru
  • Pembengkakan otak
  • Koma
  • Kematian

Pengobatan Altitude Sickness

Pertolongan pertama yang dilakukan pada kasus penyakit ketinggian ini adalah dengan membawanya ke tempat yang lebih rendah yaitu pada ketinggian 300 hingga 600 mdpl. Barulah setelah itu kamu bisa membawanya ke dokter. 

Dokter biasanya akan memberikan sesuai dengan tingkat kronis dari penyakit ketinggian ini. Dan, biasanya dokter akan memberikan jenis-jenis obat seperti: 

  • Acetolazamide, redakan gejala sesak napas
  • Dexamethasone, mengurangi pembengkakan pada otak
  • Nifedipine, redakan nyeri dan sesak napas
  • Obat penghambat Phosphodiesterase, untuk tingkatkan aliran darah ke paru-paru
  • Alat bantu pernapasan dan terapi oksigen

Pencegahan Altitude Sickness

Ingat dengan pepatah mencegah lebih baik dari pada mengobati? 

Jika masih ingat, coba yuk terapkan pada saat kamu hendak melakukan pendakian. Ingat, keindahan alam masih bisa kamu lihat dan nikmati dengan berbagai cara lho salah satunya duduk di tepi pantai, tepi sawah, atau sekedar memandang bukit tinggi. 

Memangnya tidak boleh yah melakukan pendakian? Padahal itu kan hobi? Dan, banyak pendakian yang aman-aman saja? 

Nah, pertanyaan tersebut bisa dijawab hanya dengan satu kalimat yaitu para profesional telah mempelajari dengan baik apa itu penyakit ketinggian. Sehingga, banyak para pendaki aman sampai ke puncak. 

Oleh karena itu, kamu wajib mengetahui dan melakukan cara mencegah penyakit ketinggian yang satu ini sebelum memutuskan melakukan pendakian dengan beberapa cara berikut: 

  • Kamu bisa melakukan pendakian secara bertahap dan istirahat berkala apabila ketinggian puncak memang tidak bisa dilakukan dalam satu hari yaitu sekitar lebih dari 2.400 mdpl
  • Melakukan istirahat yang cukup 1 hingga 2 hari pada ketinggian 600 mdpl
  • Berlatih pendakian dan turun dari puncak dengan olahraga yang cukup
  • Konsumsi banyak air mineral
  • Konsumsi banyak karbohidrat dan kurangi lemak
  • Tidak merokok dan konsumsi alkohol
  • Hindari penggunaan obat tidur
  • Lakukan pemeriksaan kesehatan sebelum pendakian terutama bagi yang belum berpengalaman dan memiliki riwayat penyakit pernapasan seperti asma. 

Asma adalah salah satu penyakit tidak menular yang sebabkan penderitanya kesulitan bernapas dan juga tidak bisa disembuhkan. Oleh karena itu, upaya untuk mencegah sesak napas kambuh perlu dilakukan menggunakan obat jangka panjang yang aman dan efektif seperti Vitasma. 

Vitasma adalah obat herbal alami yang terbuat dari madu hutan, jahe, jinten hitam, kayu manis, jeruk nipis, daun mint, daun saga, dan daun cakar ayam yang teruji secara klinis efektif mengatasi masalah pernapasan.

obat batuk vitasma

Vitasma, Solusi Sesak Saat Mendesak

Dia yang memiliki kesehatan memiliki harapan; dan dia yang memiliki harapan, memiliki Segalanya.

Saya ingin Membeli Produk Vitasma Terbaik Sekarang!

Tinggalkan komentar

vitasma obat batuk alami

Madu Vitasma adalah madu herbal yang terbuat dari bahan-bahan alami dengan khasiat untuk mengatasi masalah iritasi, infeksi, dan peradangan pada saluran pernapasan seperti batuk, sesak napas, sinusitis, dan gangguan pernapasan lainnya.

2024 © Madu Vitasma